PENGARINGAN PENGARINGAN PENGARINGAN PENGARINGAN PENGARINGAN PENGARINGAN

Minggu, 13 Juni 2010

Biarkanlah Aku Memandang Kemuliaan-Mu

Biarkanlah Aku Memandang Kumuliaan-Mu
Nats: Keluaran 33:12-33, Roma 8:28
Pengkhotbah : Pdt. Thomy J. Matakupan

Konteks dari nats Alkitab kita hari ini adalah: Musa dan bangsa Israel sedang dalam pengembaraan di padang gurun menuju ke tanah perjanjian. Dalam kondisi seperti itu, keluarlah suatu doa dari Musa yaitu: Tuhan, tunjukkanlah jalanMu bagi kami jikalau aku masih mendapat kasih karunia di hadapanMu. Tetapi setelah itu, doanya berubah menjadi demikian: Tuhan, tunjukkanlah kemuliaanMu kepadaku. Doa ini muncul karena 1 kondisi tertentu yaitu kondisi dimana sampai titik terakhir perjalanan mereka Musa seakan-akan kehilangan pimpinan dan arah dari Tuhan. Musa kemudian berkata: Tuhan, pergilah dan berjalanlah bersama kami. Jikalau Engkau tidak menyatakan pimpinan tersebut, maka aku dan seluruh bangsa ini tidak akan pernah melangkahkan kaki. Doa ini lahir setelah Musa melihat bahwa ternyata tidaklah mudah memimpin 1 bangsa yang besar menuju ke tanah Kanaan. Bagi Musa di sini ada suatu peralihan tanggung jawab. Semenjak di Mesir, kehidupan bangsa Israel ditanggung sepenuhnya oleh bangsa Mesir (1 bangsa), walaupun mereka hidup sebagai budak. Ketika Tuhan menetapkan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, terjadilah peralihan tanggung jawab dari 1 bangsa kepada 1 orang, sehingga tidaklah mengherankan jika diam-diam ada seruan demi seruan, ketakutan dan kecemasan untuk bagaimana memimpin 1 bangsa ini. Ini adalah problema pertama.

Problema kedua, pada waktu Tuhan menyuruh bangsa Israel untuk pergi ke tanah Kanaan, Musa tidak mengerti di mana letak tanah tersebut, berapa jauhnya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menuju ke sana. Jadi seluruh perjalanan ini bisa dikatakan seperti perjalanan buta, sehingga kebutuhan akan pimpinan Tuhan untuk menuju ke tanah tersebut sangatlah besar. Dalam perjalanan menuju ke tanah tersebut, Musa melihat banyak kesulitan dari bangsa yang besar tersebut, sehingga mendorong doa tersebut di atas harus keluar sebagai seruan permintaan tolong.

Doa tersebut diatas tidaklah pernah diungkapkan oleh Musa sebelumnya. Ini adalah suatu permintaan yang besar, bahkan dapat dikatakan sebagai doa terbesar dalam seluruh karier Musa, suatu permintaan yang dipanjatkan oleh seorang yang sedang dilanda kecemasan. Selama ini Tuhan memberikan pimpinan berupa tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam.

Musa meminta Tuhan menunjukkan jalanNya jikalau memang Musa mendapatkan kasih karunia Tuhan. Musa membutuhkan suatu kejelasan. Setelah Tuhan menjawab doanya tersebut, doa Musa menjadi berubah yaitu meminta Tuhan menunjukkan kemuliaanNya kepada Musa. Tuntutan Musa pada waktu itu adalah: biarkanlah aku melihat karakter dari DiriMu ya Allah, setelah itu aku tidak akan pernah bertanya lagi. Kalimat ini muncul setelah Allah menjawab seruan pertama Musa dengan berkata: Aku akan membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu. Jadi ketika Musa memohon untuk melihat kemuliaan Tuhan, jiwanya sedang diliputi dengan ketenteraman bahwa Allah yang sudah memanggil maka Allah yang pasti akan menuntaskan panggilan tersebut.

Allah banyak mengerjakan perbuatan yang ajaib, tetapi di balik semuanya itu seseorang harus sampai pada pengenalan akan karakter Allah, karena hal itu lebih tinggi sifatnya. Adalah tidak berdosa jika manusia menuntut untuk melihat perbuatan Allah dengan mata fisik tetapi hal tersebut adalah merupakan 1 bagian dari tingkatan iman yang sedang dia butuhkan. Tingkatan yang lebih tinggi adalah melihat secara iman akan karakter Allah. Tuhan mengijinkan seseorang melihat perbuatanNya yang ajaib karena Allah ingin menunjukkan kepada orang tersebut bahwa Dia hidup. Kebutuhan seseorang akan tanda fisik dari kehadiran Allah bukanlah kebutuhan yang sepele melainkan merupakan kebutuhan pada tingkatan tertentu yang juga penting. Tetapi Allah ingin manusia sampai pada tingkatan mengerti kehadiran Allah dengan memahami karakterNya.

Tuhan menjawab permintaan Musa tersebut dengan berkata: kamu mendapatkan kasih karunia dariKu, Aku berkenan kepadamu, dan Aku mengenal siapakah engkau. Di sini antara kemuliaan dan kedaulatan Tuhan bergabung menjadi 1 dan tidak bisa dilepaskan.

Apakah yang dimaksud dengan kemuliaan Allah? Dalam konteks ini, Allah memberikan 1 definisi yaitu: kebaikan Allah dikaitkan dengan kasih karunia. Apakah kasih karunia itu? Pada umumnya istilah ini dimengerti oleh orang Kristen sebagai sesuatu yang tidak layak untuk didapatkan tetapi itulah yang diberikan. Musa pernah mengalami hal ini, misalnya: pada waktu Musa mengalami penampakan Allah di Gunung Sinai, Tuhan akan membinasakan seluruh bangsa Israel, maka para tua-tua bangsa menyuruh Musa untuk berdiri antara Allah dan seluruh bangsa Israel. Tuhan menyuruh Musa untuk minggir karena hal tersebut bukanlah urusan antara Tuhan dan Musa melainkan antara Tuhan dan seluruh bangsa Israel. Pada momen itu Musa berseru: Tuhan, jangan hukum bangsa ini, kalau Engkau mau menghukum biarkanlah hukuman itu terlebih dahulu menimpa kepadaku. Kalau boleh Tuhan, hapuskanlah namaku dari Kitab Kehidupan asalkan Engkau menerima semuanya ini. Permintaan apakah ini? Apakah kemudian nama Musa dihapuskan oleh Allah? Tidak bukan? Inilah pengalaman merasakan kasih karunia Allah! Ini adalah pengalaman dimana seharusnya dia juga merupakan orang yang dilanda oleh murka Allah tetapi Allah menahan murkaNya dan berkata: Aku berkenan kepadamu.

Ada di manakah kasih karunia dalam hidup orang percaya? Kasih karunia di awal hidup percaya adalah terlalu mudah untuk dipahami. Kita setuju bahwa kita diselamatkan hanya karena anugerah/ kasih karunia. Dalam hidup orang percaya pengakuan/ pernyataan iman justru yang mematikan iman itu sendiri. Pada waktu orang percaya maka seluruh label yang dikatakan Alkitab ditempatkan dalam hidup orang tersebut. Label yang pertama adalah: dia menjadi anak Allah, yang kedua adalah: mendapatkan hidup kekal, yang ketiga adalah: mendapatkan seluruh warisan Kerajaan Allah, yang keempat adalah: disebut sebagai orang-orang kudus, dll. Seluruh label tersebut secara tidak sadar justru mematikan iman karena label-label tersebut secara diam-diam membangkitkan suatu pengertian bahwa kita berhak mendapatkan semuanya. Secara logika sebenarnya kita tahu bahwa kita sama sekali tidak berhak mendapatkan semuanya itu. Pengertian akan adanya hak tersebut justru mematikan pengalaman iman menikmati kelimpahan demi kelimpahan anugerah. Kita tidak pernah lagi merasakan memohon dengan amat sangat di hadapan Allah. Pada saat kita bisa memohon belas kasihan Tuhan, pada saat itulah kita dalam melihat belas kasihan Allah, kebaikan Allah, atau dengan istilah lain: Allah menyatakan kemuliaanNya.

Bagaimana Tuhan memberikan reaksi terhadap seruan Musa yang meminta Tuhan menunjukkan kemuliaanNya? Inilah tema khotbah pada hari ini. Ada 3 hal yang dilakukan Allah yaitu:

1) Allah menyatakan manifestasi dari kebaikanNya.

Seruan Musa menunjukkan bahwa Allah di mata Musa tetaplah Allah yang tidak dapat dikomprehensifkan. Ada wilayah-wilayah dimana Allah tetaplah menjadi misteri. Dalam menjawab doa-doa yang demikian Allah tetap membawa manusia untuk melihat bahwa Dia penuh dengan kejutan-kejutan/ sesuatu hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Misalnya dalam Keluaran 33:3-4 kita menemukan Allah sebagai Allah yang tidak segan-segan untuk membinasakan, Dia adalah Allah yang datang dengan kalimat-kalimat ancaman yang menakutkan, Dia adalah Allah yang dapat melakukan semuanya itu. Ini adalah wilayah yang harus dimasuki oleh setiap orang percaya. Wilayah-wilayah ini adalah bagian yang tidak terelakkan, dengan kata lain: Allah adalah Allah yang “kejam“, Dia tidak menyayangkan untuk membinasakan, menghukum, mengeluarkan ancaman-ancaman tersebut. Hal ini adalah bagian yang Allah kerjakan dan akan terus Allah kerjakan. Mengapa kita tidak berani untuk membuka pintu bagian tersebut agar kita dapat mengerti bahwa salah satu yang Allah kerjakan adalah hal-hal seperti itu? Kita lebih suka terpaku pada pengertian bahwa Allah itu baik, penuh dengan kemurahan, penuh dengan belas kasihan, dll konotasi positif. Musa tahu bahwa Dia adalah Allah yang tidak dapat dikomprehensifkan. Allah yang baik dapat melakukan semuanya itu, maka Musa meminta Allah menunjukkan kemuliaanNya/ menunjukkan kebaikanNya. Bagaimana mengkaitkan antara Allah yang membinasakan dalam konteks kebaikanNya? Hal ini sangat sulit diterima oleh pikiran.

Musa harus tahu bahwa Allah adalah Allah yang baik, dan semua yang Allah kerjakan adalah dalam kerangka tujuan Allah untuk sesuatu yang baik. Tetapi itu saja tidaklah cukup, Allah mengkaitkan kebaikanNya dengan kedaulatanNya. Allah mengasihani kepada siapa Allah mengasihani didalam kebaikanNya supaya setiap orang percaya tahu bagaimana Dia baik. Inilah konsep predestinasi, yaitu pernyataan kasih Allah yang tidak pernah berubah, dan didalam iman Kristen predestinasi berpuncak pada penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Ketika seseorang melihat penebusan yang dilakukan oleh Kristus, dia harus sampai pada pengakuan akan kebaikan Allah. Orang yang demikian akan terus menerus dengan tiada henti menyatakan ucapan syukur kepada Allah. Allah mau mengampuni orang berdosa yang laknat ini seperti kita ini, bahkan Dia tidak akan mengingat lagi semua dosa-dosa kita. Mengapa Allah sedemikian baik kepada kita? Keselamatan tergantung pada kebaikan Allah, dan disanalah kasih karunia mendapatkan tempat. Hidup pertobatan kita ada karena alasan yang sangat egois yaitu kita takut dihukum/masuk neraka/ingin mendapatkan berkat-berkat didalam Dia, tetapi Tuhan memutar balik semuanya dengan berkata: Aku menyatakan kasih karuniaKu/ kebaikanKu kepadamu. Oleh sebab itu dalam momen-momen tertentu kita perlu bertobat lagi, tetapi bukan bertobat dari status orang berdosa menjadi orang tidak berdosa, melainkan pertobatan dalam hal konsep pemikiran tentang Allah. Orang berdosa menjadi orang yang diselamatkan adalah merupakan anugerah/mujizat, tetapi orang yang berubah konsep dari yang salah menuju konsep yang benar adalah juga anugerah/mujizat yang sangat besar.

Dapatkah kita tetap mengatakan bahwa Allah itu baik walaupun kita tetap berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan seperti: sakit keras dan tidak sembuh? Allah didalam kedaulatanNya berhak membiarkan umat pilihanNya menghadapi semuanya itu, juga berhak membiarkan manusia berjalan dalam kesalahan. Kebaikan Allah tidak menurut ukuran yang kita mengerti sebagai suatu kebaikan. Inilah salah satu sisi tidak dapat dikomprehensifkannya Allah. Kita dapat mengerti tetapi belum tentu dapat menerima. Penerimaan itu kelihatan pada waktu hati menjadi tenteram, tidak ada halangan, dan tetap menyatakan: Dia itu baik!

2) Allah menyatakan kebaikanNya dengan cara menutupi.

Tuhan berkata: Tidak ada seorangpun yang melihat Allah dan tetap hidup. Terkadang Tuhan meluputkan manusia untuk memahami Dia, bukan karena Tuhan menyembunyikan diri melainkan karena Tuhan tahu kalau manusia bertemu dengan Dia pasti mati. Oleh karena itu Tuhan membiarkan semuanya itu tetap menjadi misteri.

Adalah sudah cukup bagi kita untuk melihat “punggung Allah“ melalui seluruh ciptaan Allah seperti: bintang-bintang di langit, ombak di laut, dll. Kalau Allah mengatakan semuanya tentang DiriNya adalah bahaya bagi kita karena: 1) kita akan sama seperti Allah yang tahu segala sesuatu, 2) akan menjadi susah dalam iman kita kalau kita menjadi maha tahu.

Allah tidak menyatakan DiriNya kepada kita mungkin juga karena belum saatnya. Ketika saatnya tiba, Dia akan menyatakan kejutan bagi kita yang akan membawa kita kepada kondisi terkagum-kagum kepada Dia.

3) Allah membentengi/ melindungi.

Musa diletakkan di balik bukit batu. Dengan pemahaman yang diajarkan oleh Paulus, Kristus disebut sebagai Gunung Batu. Pemazmur juga menyatakan: Tuhan adalah Gunung Batu dan keselamatanku. Dengan berada di balik Gunung Batu itu kita akan terluput dari semua kemungkinan kematian. Di situlah tempat dimana seluruh orang percaya akan mendapat ketenteraman, keamanan, jaminan kepastian pengenalan akan Allah, sebab hanya melalui Gunung Batu itu kita dapat mengenal Dia. Kristus berkata: Tidak seorangpun dapat melihat Allah tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuanNya, Dialah yang akan menyatakannya. Dialah satu-satunya perantara, yang menafsirkan tentang siapakah Allah dan tidak pernah bersalah dalam apa yang diajarkannya. Kalau tidak, hadirnya Allah Tritunggal akan menjadi teror dalam diri setiap orang sebab Allah berjalan didalam murkaNya. Dalam Wahyu 6 diungkapkan bahwa lebih baik mati daripada bertemu dengan murka Allah. Kitab Ibrani mengatakan: Biarlah kita berani mendatangi tahta kasih karunia Allah dan mendapatkan pertolongan kita pada waktunya. Hal ini berbicara tentang orang yang berada di dalam Kristus, kalau tidak, tidak akan berani untuk datang karena Allah menarik jarak dengan mereka dan Allah berkata: siapa yang melihat Aku pasti akan mati. Kecuali Dia sendiri dalam kebaikanNya menutupi.

Biarlah dalam perjalanan hidup kita sepanjang tahun yang baru ini, kita senantiasa menghitung semua kebaikan Allah, sehingga kita dapat sampai kepada 1 pernyataan iman pada akhirnya yaitu: Aku sudah melihat kemuliaanNya! Hanya di balik Gunung Batu itu kita dapat menyatakan: Sungguh, Engkau baik bagiku! Janganlah kita mencari hal-hal yang dapat menurunkan kualitas hidup iman kita, carilah wajahNya, mintalah Dia menunjukkan karakterNya. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.

Renungkanlah:

1.Apa komitmen Anda bagi Allah atas penyertaanNya yang sudah Anda peroleh? Berdoa dan lakukan komitmen Anda tersebut dengan sungguh-sungguh di minggu ini.
2.Bagaimana kemuliaan Allah yang pernah Anda alami boleh mempengaruhi pertumbuhan iman percaya Anda kepadaNya?
Apa yang Anda mau berikan bagi sesama supaya merekapun boleh melihat kemulian Allah melalui hidup Anda? Berdoa dan lakukan dengan tulus.